Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2012

Kita Tidak Menunggu Apa-apa

Ku bilang aku ingin pergi. Lalu kau jawab, “Sebentar lagi ya...” Kita menunggu . Entah untuk apa. Kemudian hujan turun. “Aku ingin pergi.” Kukatakan lagi seperti itu. “Tunggu hujan reda.” Sahutmu. Kita menunggu . Kali ini menunggu hujan reda. Dan setelah hujan reda, ku katakan lagi aku ingin pergi. Dengan senyum kecil kau menjawab. “Tunggu sampai pelangi itu benar-benar pudar.” Sejurus kemudian mata kita sama-sama menangkap pelangi. Kita menunggu . Menunggu sampai pelangi sewarna dengan langit. Perlahan matahari muncul lagi, selimuti bumi dengan hangatnya. “Aku sudah bisa pergi?” tanyaku.

Aku dan Papercraft

Aku sebagai manusia kelahiran Pebruari 1993, punya lumayan banyak hobi. Salah satunya adalah hobi melipat kertas. Sekitar tahun 2011, aku mulai suka bikin-bikin papercraft. Mulai dari yang bentuk-bentuknya cube. Karena lucu, aku terus download-in pola-polanya. Jadi, pertama kali aku nemu website boneka kertas yang bentuknya cube itu, aku sampai gak tidur, dan baru tidur setelah selesai subuh. Sangking interested nya sama sesuatu ini. Hahaha Ya sudahhh, untuk mem- publish hasil guntingan/lipatan/tempelan yang pernah aku buat di blog, ku lakukan dengan senang hati. Inilah mereka, papercraft-papercraft buatan aku yang tak seberapa (but, I’m not the designer).

Monolog GIE

Aku tak tahu mengapa, aku merasa agak melankolik malam ini. Aku melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra, tapi kosong. Seolah-olah aku merasa diriku yang lepas, dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasaiku, aku ingin memberikan suatu rasa cinta pada manusia. http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150213566211953 pict source: http://farm2.staticflickr.com/1205/1400438113_8e3bdf22b5_z.jpg

Surat Soe Hok Gie - Film Gie

Untuk Herman di Irian, Herman, terimakasih untuk surat darimu yang tak pernah berhenti datang. Saya sangat membutuhkan teman bicara akhir-akhir ini. Menulis pun rasanya capek luar biasa, atau mungkin saya sedang muak dan tidak punya inspirasi. Waktu cepat berlalu, teman-teman kita makin banyak yang meninggalkan sastra. Saya benar-benar merindukan masa di mana saya, kamu, Ira, Deni, dan teman-teman lain tertawa, bertengkar, atau sekedar ngobrol. Memang Ira masih di sini, menjadi asisten dosen sejarah Indonesia, tapi kami masih rikuh untuk bicara, tentu kamu mengerti sebabnya. Sastra telah banyak berubah. Banyak teman-teman dosen yang tidak punya dedikasi dalam pekerjaannya dan membuat mahasiswa tidak kalah malasnya. Ini hanya salah sutu contoh dari banyak kebobrokan di almamater ini yang selalu saya persoalkan. Banyak yang mengeluh saya keras kepala dan selalu mencari masalah. Biarlah, lebih baik saya diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan. Saya akan membuat tulisan tentang in