Skip to main content

Cerita Hari Ini yang Tak Sama

Rasanya baru kemarin, aku bercerita tentang hari ini, hari yang masih esok saat beberapa waktu yang lama.
Aku membayangkan hari ini akan ada cerita itu, tapi yang terjadi bukan cerita yang sama.
Dulu, aku membayangkan akan ada cerita-cerita kecil tentang dia, mereka, atau kita.
Tapi kemudian aku sadar, mungkin itu bukan hal kecil, karena sulit terjadi pada hari ini.
Dulu, aku membayangkan kalau hari ini aku akan berada di tempat itu, tapi sekarang aku di sini - di tempat yang tak sama.
Sekarang aku masih melakukannya, membayang-bayangkan tentang hari yang masih esok.
Cerita bayangan yang mungkin hanya akan tertinggal di pikiran, tapi sangat ku harapkan benar-benar terjadi di kehidupanku.
Aku pikir ini tidak hanya terjadi padaku, tapi juga yang lain.
Tapi hari ini kita bersikap seadanya, bersikap bahwa hari ini telah berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Dan semakin tua, kita semakin realistis. Dengan umur segini, kita sudah tidak memenuhi syarat untuk cita-cita yang itu, kita harus berhenti dan memulai cita-cita yang lain yang lebih terlihat nyata untuk kita.

Sekarang aku tahu, kenapa Peter Pan gak pernah mau ninggalin Neverland.

 picture: http://www.karendelac.com/squidoo/tinker_bell_and_peter_pan_fly_to_neverland.jpg

Comments

Popular posts from this blog

Salty Studio & The Stories of Those around Me

I've finished Salty Studio few days ago, and just like The Stories of Those around Me  I love it so much. These two webtoons were created by Omyo. They had common characters with realistic feelings and toughts. The problems were the usual problems that could easily appear in our lives but we have no idea what will be the end - since nothing is certain and

Surat Soe Hok Gie - Film Gie

Untuk Herman di Irian, Herman, terimakasih untuk surat darimu yang tak pernah berhenti datang. Saya sangat membutuhkan teman bicara akhir-akhir ini. Menulis pun rasanya capek luar biasa, atau mungkin saya sedang muak dan tidak punya inspirasi. Waktu cepat berlalu, teman-teman kita makin banyak yang meninggalkan sastra. Saya benar-benar merindukan masa di mana saya, kamu, Ira, Deni, dan teman-teman lain tertawa, bertengkar, atau sekedar ngobrol. Memang Ira masih di sini, menjadi asisten dosen sejarah Indonesia, tapi kami masih rikuh untuk bicara, tentu kamu mengerti sebabnya. Sastra telah banyak berubah. Banyak teman-teman dosen yang tidak punya dedikasi dalam pekerjaannya dan membuat mahasiswa tidak kalah malasnya. Ini hanya salah sutu contoh dari banyak kebobrokan di almamater ini yang selalu saya persoalkan. Banyak yang mengeluh saya keras kepala dan selalu mencari masalah. Biarlah, lebih baik saya diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan. Saya akan membuat tulisan tentang in...

Rumah Belanda dan Kue Ombus-ombus

Dulu, sewaktu aku kecil, aku sering bermain ke tempat yang jauh-jauh, angker-angker. Tapi aku gak takut, selama gak sendirian. Di belakang rumah, ada jalan menuju rumah besar peninggalan Belanda, yang masih dihuni sama orang. Aku sering main ke rumah itu. Ada juga rumah peninggalan Belanda yang sudah gak layak huni lagi, rumahnya udah rapuh, bolong-bolong, aku juga sering main di sini, aku dan teman-teman menyebutnya “rumah angker”. Nah, di rumah yang masih ada penghuninya itu, tumbuh sebuah pohon beringin tua yang besaaar sekali di halaman rumahnya yang juga gak kalah besar (waktu aku kecil ya keliatannya besar banget, tapi gak tau ya kalau sekarang apa masih kelihatan besar atau enggak). Kami (aku dan temanku) mainnya di bawah pohon itu, di antara lekuk-lekuk pohon yang masih muat di isi oleh satu atau dua tubuh kami.