Skip to main content

Posts

H a l o .

Halo. Sudah lama sekali tidak membuat postingan di blog ini. Benar ya, mempertahankan eksistensi itu susah susah gampang. Pada akhirnya yang konsisten yang akan bertahan. Postingan sebelumnya  juga dibuat antara niat dan enggak. Kenapa? Mungkin karena aku tidak tahu harus memposting apa. Tidak ada bahan karena aku tidak membaca sebanyak dulu. Padahal ya, aku (masih) suka buku. Terlalu dalam dan banyak kegelisahaanku sehingga tidak mendorongku membuat satupun tulisan untuk blog ini. Alasan lain, aku sudah jarang main internet pakai laptop, sementara dari dulu kalau ngeblog selalu pakai laptop. Jadi kiriman kali ini akan berisi cerita tentang aku yang telah lama tidak mengisi dua cangkir yang seharusnya bisa kita nikmati bersama. Hahaha. Karena aku tidak ada bahan dan harus mempertahankan eksistensi blog duacangkir , maka dalam tempo singkat dibuatlah tulisan ini. Semoga – walaupun sepertinya tidak – tulisan ini memiliki faedah. Baiklah harus kita mulai dari mana? Bel...

Di Sebelah

Jika sudah ada kamu, aku tidak lagi butuh senja yang indahnya menggebu-gebu. Cukup senja dengan matahari yang terbenam di sebelah barat, dan kamu di sebelahku. Picture: http://www.blogjerry.com/archive/leslie-khahn-berkeley-marina-uc-berkeley-cafe-strada-engagem.html

Kisah Sepasang Manusia, Pertemanan, dan Dua Cangkir Kopi

Seperti sediakala, dari bangku taman ini tatapanku selalu mengutara, sebab dari sana perempuan itu akan muncul. Biasanya dengan setengah berlari atau berjalan cepat sambil memperhatikan jam tangannya. Dari jauh dia akan sudah melemparkan senyumnya untukku, isyarat agar memaklumi keterlambatannya. Aku selalu dapat mendengar ketukan sepatu hak tingginya yang beradu dengan paving blok jalanan lebih dulu, disusul dengan aroma parfumnya. Hari ini ia tampak kasual dengan kaos putih, jeans biru, dan scarf abu-abu yang membebat lehernya. Begitupun denganku yang mengenekan Oxford shirt biru muda dan celana khaki coklat. Aku dan dia memang lebih memilih berpenampilan sederhana dan nyaman. “Kita ngopi di mana, Nik?” Tanyanya. Namanya Naura, kupanggil juga demikian. Kami sudah berteman sebanyak empat puluh delapan cangkir kopi. Kami menghitung usia pertemanan dengan jumlah cangkir kopi yang sudah kami habiskan bersama – berdua saja. Kurang lebih sudah enam tahun mengenalnya dan tiga...

Pikiran

Pikiran adalah penjara. Gila atau tidak, kita semua adalah narapidana. Sebebas apapun pikiran, ia sama sekali tidak membebaskan. Ia memenjarakan dalam kebebasan itu sendiri.

Rumit

Dia menyayangimu dengan rumit. Entah sayang yang bagaimana. Seperti teh yang tidak butuh banyak gula untuk dibilang enak, ia hanya perlu cukup. Dia menyayangimu dengan tidak sederhana. Tidak banyak, tidak sedikit. Hanya, kamu seperti utara baginya - yang menganggap dirinya adalah jarum kompas. Dan kamu adalah laut, tempat paling sempurna baginya untuk hanyut. Picture: Google

Menunggu Hujan

#PeopleAroundUs - day 5 Dialog dengan seseorang di sekitarku hari ini. "Sedang apa?" "Menunggu hujan reda." "Tanpa ditunggupun ia akan reda." "Jadi?" "Nikmati saja." ... Sama seperti mengkhawatirkan hal-hal yang sudah pasti di tangan Tuhan. Tidak perlu. :)

Kompas

Masih di meja dan jendela yang sama. Aku jarum kompas dan kamu utara. Masih di sana dan bersama dia yang sama. Kamu pukul 06.00 dan aku lensa. picture: www.flickr.com